Directed by: Rocky Soraya
Starring by: Denny Sumargo, Sandy Aulia, Sara Wijayanto
Production: Hitmaker Studio
Tulisan Annisa Anabela di 4 FILM HOROR VERSI ANNISA ANABELA BUAT HALLOWEEN 2016 menyebut film tentang boneka berjudul The
Doll yang akan muncul saat Halloween, dan gue nggak sabar buat menonton film
itu. Oleh karenanya begitu XXI menayangkan gue langsung nonton, terutama karena
karakter utamanya diperanin sama Denny Sumargo. Aktingnya di film horror semakin
matang mulai dari Samudera Hotel, Mall Klender, dan Danau Hitam.
Diawali dengan kisah teror yang
dialami tiga kakak-beradik sejak adik mereka kencing sembarangan di bawah pohon
yang dihuni boneka iblis, mereka akhirnya mengundang ‘orang pintar’ yaitu Laras
dan suaminya untuk mengakhiri gangguan yang mulai mencederai mereka.
Cerita
pindah beberapa tahun kemudian pada
pasangan Daniel dan Anya dimana Daniel mendapat kenaikan promosi dan mengajak
Anya, istrinya untuk pindah ke Bandung karena berkat promosi itu dia memperoleh
rumah baru dan mobil dinas.
Di proyeknya Daniel kemudian
melakukan kecerobohan karena menyuruh menebang pohon angker yang menjadi tempat bernaung
si boneka iblis padahal dia sudah diperingatkan oleh kedua mandornya. Ketika
pulang ke rumah Daniel mendapati boneka itu ternyata berada di belakang
mobilnya. Ketika hendak membuang boneka itu Anya mencegahnya, sebagai ahli
pembuat boneka dia merasa boneka itu masih bagus dan bisa bersih lagi setelah
dibereskan olehnya.
Sejak kehadiran boneka itu keanehan-keanehan
mulai dirasakan Anya, seperti suara orang berlari, gelas pecah di dapur, pintu atau
jendela yang membuka sendiri, dan kertas pesan berisi ajakan main petak umpet.
Niken, tetangga Anya yang lama tinggal di Bandung melihat boneka itu lalu
menyadari bahayanya boneka itu. Boneka bernama Ghawiah itu tadinya milik
seorang anak kecil bernama Uci yang keluarganya tewas dibunuh oleh perampok dan
wajah Uci juga bolong gara-gara tertembak.
Niken memperingatkan Anya
untuk segera mengembalikan boneka itu ke pohonnya tapi Anya tidak
mempedulikannya. Ketika Daniel pergi ke Jakarta untuk meeting, di suatu malam
saat hujan deras Anya kedatangan tamu, gadis cilik misterius dengan mantel yang
terus menutupi wajahnya. Dia mengundang gadis itu masuk untuk makan malam
bersama karena dia sudah membuat sup. Saat gadis cilik itu makan dia
menghubungi Niken untuk menanyakan soal gadis cilik yang kehujanan di depan
rumahnya. Menurut Niken di perumahan mereka hanya anaknya yang berusia lima
tahun, tidak ada yang lain, baru ketika Anya menyebut nama Uci sang tetangga panik.
Lampu seluruh rumah mendadak padam dan saat Anya hendak melihat Uci yang ke kamar mandi ternyata gadis
kecil itu tak ada lagi disana. Dia mendengar bunyi ribut dari kamar tempat
penyimpanan bonekanya dan saat itulah dia melihat sosok arwah penasaran Uci
secara langsung untuk pertama kalinya. Beruntung ketika Anya sedang diserang
hantu Uci, Niken datang menyelamatkannya.
Berdua mereka akhirnya
membuang boneka Ghawiah ke pohonnya tapi alangkah kagetnya Niken karena pohon
itu sudah ditebang. Dia lalu mengundang pak Wahid, seorang ustads untuk membantu
mengubur boneka itu dan mendoakan agar arwah Uci tenang. Namun alangkah
kagetnya Anya karena boneka itu kembali ke rumahnya dan bersembunyi di lemari
gudang.
Cara boneka itu kembali ke
rumah Anya menurut gue cukup asyik. Diawali dengan Anya yang memeriksa kembali
kamar penyimpanan boneka yang telah kosong dari keberadaan di boneka iblis, dia
kemudian memutuskan untuk mandi untuk mengusir kotor dan lumpur di tubuhnya
setelah menggali lubang untuk mengubur boneka.
Di bagian Anya berendam di bathtub ada kejadian lucu, setelah hantaman
bertubi-tubi dari adegan seram sebelumnya tiba-tiba seorang cowok menjerit di
belakang gue – lumayan keras – pada adegan ketika Anya ada di dalam air…mungkin
dia mengira Anya sedang diteror oleh serangan setan karena kemunculannya adegan
itu memang cukup cepat…dan spontan itu bikin semua penonton di ruang bioskop
ketawa cekakan.
Untungnya ketawa itu bisa
pupus dengan serta merta begitu Anya dapat telepon dari Niken tentang anaknya
yang hilang dan tahu-tahu mendengar bel yang biasa dibunyikan anak Niken untuk
mengajak main petak-umpet. Ketegangan penonton bisa balik ke jalurnya ketika Anya mengikuti
bunyi bel itu sampai ke gudang belakang dan Niken kembali menelepon bahwa
anaknya sudah ditemukan ngumpet di kolong ranjang di rumahnya. Ketegangan meningkat dengan halus saat Anya masuk dan mendapati boneka itu kembali
di lemari gudang dan diserang kedua kalinya oleh hantu Uci. Daniel berhasil sampai ke
gudang dan menyelamatkan Anya.
Merasa tidak mampu mengusir
hantu Uci, pak Wahid merekomendasikan Niken untuk menghubungi bu Laras yang
dulu pernah mengusir hantu Uci dan bonekanya. Sangat mirip dengan yang
dilakukan keluarga Perron saat mengundang Lorraine Warner untuk mengusir hantu
di rumah mereka di Conjuring, bukan?
Hanya saja tokoh pengusir hantu disini kehilangan suaminya yang meninggal akibat ceroboh melakukan pengusiran arwah Uci beberapa tahun silam. Selain itu, ide bagaimana Laras kemudian harus kembali ke rumahnya karena takut hantu Uci menyerang rumahnya sangat mirip dengan yang ada di film tersebut.
Hanya saja tokoh pengusir hantu disini kehilangan suaminya yang meninggal akibat ceroboh melakukan pengusiran arwah Uci beberapa tahun silam. Selain itu, ide bagaimana Laras kemudian harus kembali ke rumahnya karena takut hantu Uci menyerang rumahnya sangat mirip dengan yang ada di film tersebut.
Kebencian Uci pada Niken yang
menghubungkan Daniel dan Anya kepada Laras yang dulu berhasil mengusirnya
membuat dia lantas menjadikan tetangga Anya itu sebagai korban pertamanya. Dan
dari Laras mereka tahu bahwa Uci sedang mengincar Anya untuk merasukinya dalam
usaha membunuh Daniel.
Akhir dari cerita ini ternyata
arwah hantu Uci memendam kebencian bukan karena Daniel menghancurkan pohon yang
menjadi tempat tinggalnya, melainkan sesuatu yang lain yang berkaitan dengan
masa lalu gelap Daniel dan apa yang dilakukannya pada keluarga Uci. Apakah
Daniel dapat meloloskan diri dari serangan mengerikan yang melibatkan banyak darah
dan tangan putus? Silakan dudukkan pantat anda di kursi bioskop untuk
mengetahuinya…
Tagline The Doll mengatakan
ini adalah Annabelle versi Indonesia, dan tidak heran kenapa media menyebutnya
begitu karena jalan ceritanya memang mirip Annabelle dengan adanya penambahan,
modifikasi, dan twisting yang tetap saja akan membuat orang membandingkan film
itu dengan Annabelle. Dan mungkin gue juga tergoda untuk membandingkannya
secara sekilas, karena ada beberapa kelemahan di film ini.
Gue masih belum tahu apa
kekuatan istimewa dari Laras. Kita tahu bahwa Lorraine Warner seorang indigo
yang bisa melihat dunia lain dan dengan itulah dia bisa melawan makluk-makluk
dari dunia lain. Dan kalau Laras tidak bisa memperlihatkan kekuatannya selain
bahwa dia tahu ritual pengusiran arwah, kenapa dia harus berada setingkat
diatas pak Wahid, yang seorang Ustadz dalam mengusir arwah Uci…sementara kita
lihat di bagian akhirnya Laras toh menyebutkan ayat-ayat kursi dalam mengusir
roh jahat.
Bagian lain setelah Niken
tewas terbunuh…sadis memang melihat apa yang dilakukan hantu penasaran itu pada
Niken dan gue mengacungi jempol pada cara kru produksi memperlihatkan
kematiannya yang sadis secara artistik. Sayangnya, setelah itu penulis
ceritanya lupa untuk ‘memperhatikan’ anak Niken karena setelah kematian Niken,
sang anak sepertinya juga hilang begitu saja padahal sebelumnya kita tahu Anya
cukup dekat dengan anak itu. Kalau dia bisa begitu baik hati mempersilakan anak
asing tak dikenal untuk masuk dan makan tentunya dia juga akan memperhatikan
anak Niken, bukan? Apalagi kematian wanita itu terjadi tepat di depan matanya.
Dan lagi-lagi film Indonesia
selalu terjebak dalam kontinity yang tidak konsisten karena setelah Anya yang
kerasukan menusuk tubuh Daniel beberapa kali dengan gunting ternyata bekas
lubang atau tancapan itu tidak terlihat di tubuh Daniel, begitu pula dengan
bajunya yang masih utuh. Yang menunjukkan bahwa Daniel ditusuk hanya bajunya
yang berdarah-darah yang menurut gue masih tetap tidak wajar.
Meskipun begitu The Doll sudah
berusaha memperlihatkan jalinan cerita yang apik dan rapih. Bagian endingnya
juga sudah berusaha keluar dari versi Annabelle dan Conjuring yang menjadi
inspirasinya dan memiliki akhir cerita sendiri yang logis dan tidak terlalu
jelek buat jadi motif kenapa boneka itu menyerang Daniel dengan membabi-buta. The Doll seimbang antara ketegangan, drama, romantik, dan kesedihan, serta
sarat masukan…
Kalau yang sudah meninggalkan dunia ini saja punya alasan untuk tetap
berada disini, maka kita yang masih berada disini harus menemukan alasan untuk
tidak meninggalkannya….
No comments:
Post a Comment