Saturday, October 8, 2016

DAERAH TERLARANG

Disutradarai oleh: George Hutabarat
Dibintangi oleh: Rendy Septino, Fico Fachriza, Reza Aditya, Natalia Sarah, Ryan Febrian, Putri Rosnita Permata, Dara Gloria Meksika Randa, Bedu
Production: Sentra Film


Mestinya gue curiga waktu melihat ada pria yang membawa dua anaknya masuk ke bioskop. Dua anak itu memang anak-anak secara harafiah, umur mereka mungkin sekitar 3 thn dan 7 thn. Kenapa seorang ayah bisa begitu bodoh mengajak anak-anak mereka menonton film yang sudah jelas bakal bikin mereka menangs ketakutan?

Dan ternyata kebodohannya ada pada gue…begitu melihat tampilan awal filmnya ini bukan jenis horror yang gue harapkan tentunya…

Kebiasaan gue saat nonton jarang melihat review dari tempat lain karena gue mengharapkan kejutan dari menontonnya sendiri, tapi yang satu ini benar-benar tidak gue harapkan dan gue sangat kecewa. Mengharapkan ada kejutan-kejutan menakutkan ternyata film ini mengajak penonton tertawa dengan banyolannya yang mengandalkan slapstick orang budeg yang selalu salah menanggapi omongan dan pria melambai dengan istilah-istilahnya yang ajaib.

Sangat mengecewakan dibandingkan dengan judulnya yang berkesan serius…

Film ini menceritakan serombongan anak muda yang sedang ditunggu crew produksi untuk shooting film horror di sebuah wilayah yang terdapat rumah angker. Ketika mobil mereka melewati rumah angker itu, mobil mereka mogok dan keempatnya dikejar-kejar pocong yang selalu minta dicarikan cincinnya. Setelah berhasil lolos dari terror pocong mereka akhirnya memutuskan meningap di sebuah penginapan dimana mereka tetap tidak bisa lepas dari kehadiran si pocong.

Keputusan mereka menginap di penginapan itu sebenarnya tidak relevan menurut gue, mengingat pemilihan waktunya dimana crew produksi tengah menunggu mereka untuk hadir ke tempat shooting dan sang sutradara yang marah-marah karena keempatnya sebagai pemain tidak kunjung nongol batang hidungnya.

Kesalahan yang fatal dalam plotnya adalah pemilihan waktu dan adegan yang salah sebab artis yang professional tidak akan lalai soal hadir tepat waktu di tempat shooting dengan tidur dan membiarkan crew produksi menunggu seperti itu, benar begitu bukan?

Ketidakhadiran mereka semakin diperlambat dengan masalah dompet Denny yang hilang dan tertinggal di rumah angker sehingga dia dan Rezza memutuskan kembali buat mengambilnya. Benar-benar alur yang tidak perlu karena tidak ada fungsinya mereka datang ke tempat itu selain cuma menambah durasi dan momen bertemu dua hansip konyol tanpa ada hubungan soal pocong.

Saat pembuatan film keempatnya tetap diikuti si pocong, yang bahkan semakin berani masuk ke dalam beberapa pengambilan gambar. Sutradara dan anggota tim yang menyadari ini menjadi ketakutan dan keempatnya memutuskan untuk menyelidiki lebih jauh soal pocong Mimin yang mengikuti mereka dan secara kebetulan ceritanya mirip dengan skenario film yang tengah dikerjakan.

Reza dan Denny pergi ke alamat yang mereka dapatkan untuk mencari orang pintar yang ternyata tinggal di dalam kuburan. Alih-alih menemukan orang pintar, mereka malah bertemu penjaga kuburan aneh berambut gimbal yang memperingatkan agar mereka tidak melanjutkan usaha mencari latar belakang pocong Mimin atau membantunya mencarikan cincin seperti permintaannya.

Sebelum keduanya masuk ke dalam kuburan, kesalahan konyol dilakukan pemerannya dimana Denny salah memanggil Rezza dengan namanya sendiri. Kesalahan kecil macam ini harusnya disadari oleh sang sutradara pada saat itu karena ucapannya sangat jelas terdengar tapi entah karena kurang teliti atau terburu-buru maka kesalahan pengucapan itu lolos dari editing.

Setelah si pocong Mimin merasuki salah satu dari kedua gadis, mereka berhasil mendapatkan kembali cincin itu dan mengembalikannya kepada si pocong yang tinggal di rumah angker. Tak disangka begitu keluar ratusan pocong menanti mereka, minta pertolongan…

Menurut hemat gue, film ini tidak perlu ditonton buat mereka yang mengharapkan ketegangan dari sebuah film horror. Tapi kalau kamu mau tertawa-tawa melihat hantu yang tampak bodoh, silakan saja memilih film ini karena film ini lebih kental kea rah komedi daripada horror…dan itu yang membuat gue merasa tertipu…akan lebih fair kalau mereka memasang judul lucu seperti Pocong Bunting atau Pocong Obsesi daripada yang dipakai sekarang dan gue memilih film ini karena memang kelucuan yang gue harapkan sesuai judulnya….

Dan rupanya si bapak itu tidak salah membawa anak-anaknya yang masih kecil buat ikut menonton...gue yang salah mengira... 

No comments:

Post a Comment