Disutradarai oleh: George Hutabarat
Dibintangi oleh: Rendy Septino, Fico Fachriza, Reza
Aditya, Natalia Sarah, Ryan Febrian, Putri Rosnita Permata, Dara Gloria Meksika
Randa, Bedu
Production: Sentra Film
Mestinya gue curiga waktu
melihat ada pria yang membawa dua anaknya masuk ke bioskop. Dua anak itu memang
anak-anak secara harafiah, umur mereka mungkin sekitar 3 thn dan 7 thn. Kenapa
seorang ayah bisa begitu bodoh mengajak anak-anak mereka menonton film yang
sudah jelas bakal bikin mereka menangs ketakutan?
Dan ternyata kebodohannya ada
pada gue…begitu melihat tampilan awal filmnya ini bukan jenis horror yang gue
harapkan tentunya…
Kebiasaan gue saat nonton
jarang melihat review dari tempat lain karena gue mengharapkan kejutan dari menontonnya
sendiri, tapi yang satu ini benar-benar tidak gue harapkan dan gue sangat
kecewa. Mengharapkan ada kejutan-kejutan menakutkan ternyata film ini mengajak
penonton tertawa dengan banyolannya yang mengandalkan slapstick orang budeg
yang selalu salah menanggapi omongan dan pria melambai dengan
istilah-istilahnya yang ajaib.
Sangat mengecewakan
dibandingkan dengan judulnya yang berkesan serius…
Film ini menceritakan
serombongan anak muda yang sedang ditunggu crew produksi untuk shooting film horror
di sebuah wilayah yang terdapat rumah angker. Ketika mobil mereka melewati
rumah angker itu, mobil mereka mogok dan keempatnya dikejar-kejar pocong yang
selalu minta dicarikan cincinnya. Setelah berhasil lolos dari terror pocong
mereka akhirnya memutuskan meningap di sebuah penginapan dimana mereka tetap
tidak bisa lepas dari kehadiran si pocong.
Keputusan mereka menginap di
penginapan itu sebenarnya tidak relevan menurut gue, mengingat pemilihan waktunya
dimana crew produksi tengah menunggu mereka untuk hadir ke tempat shooting dan
sang sutradara yang marah-marah karena keempatnya sebagai pemain tidak kunjung
nongol batang hidungnya.
Kesalahan yang fatal dalam
plotnya adalah pemilihan waktu dan adegan yang salah sebab artis yang professional
tidak akan lalai soal hadir tepat waktu di tempat shooting dengan tidur dan
membiarkan crew produksi menunggu seperti itu, benar begitu bukan?
Ketidakhadiran mereka semakin
diperlambat dengan masalah dompet Denny yang hilang dan tertinggal di rumah
angker sehingga dia dan Rezza memutuskan kembali buat mengambilnya. Benar-benar
alur yang tidak perlu karena tidak ada fungsinya mereka datang ke tempat itu
selain cuma menambah durasi dan momen bertemu dua hansip konyol tanpa ada
hubungan soal pocong.
Saat pembuatan film keempatnya
tetap diikuti si pocong, yang bahkan semakin berani masuk ke dalam beberapa
pengambilan gambar. Sutradara dan anggota tim yang menyadari ini menjadi ketakutan
dan keempatnya memutuskan untuk menyelidiki lebih jauh soal pocong Mimin yang
mengikuti mereka dan secara kebetulan ceritanya mirip dengan skenario film yang
tengah dikerjakan.
Reza dan Denny pergi ke alamat
yang mereka dapatkan untuk mencari orang pintar yang ternyata tinggal di dalam
kuburan. Alih-alih menemukan orang pintar, mereka malah bertemu penjaga kuburan
aneh berambut gimbal yang memperingatkan agar mereka tidak melanjutkan usaha
mencari latar belakang pocong Mimin atau membantunya mencarikan cincin seperti
permintaannya.
Sebelum keduanya masuk ke
dalam kuburan, kesalahan konyol dilakukan pemerannya dimana Denny salah memanggil
Rezza dengan namanya sendiri. Kesalahan kecil macam ini harusnya disadari oleh
sang sutradara pada saat itu karena ucapannya sangat jelas terdengar tapi entah
karena kurang teliti atau terburu-buru maka kesalahan pengucapan itu lolos dari
editing.
Setelah si pocong Mimin
merasuki salah satu dari kedua gadis, mereka berhasil mendapatkan kembali
cincin itu dan mengembalikannya kepada si pocong yang tinggal di rumah angker.
Tak disangka begitu keluar ratusan pocong menanti mereka, minta pertolongan…
Dan rupanya si bapak itu tidak salah membawa anak-anaknya yang masih kecil buat ikut menonton...gue yang salah mengira...
No comments:
Post a Comment