Sebelum membaca postingan ini,
silakan siapkan lilin. Kita main cerita berkeliling dalam gelap. Setiap satu
cerita usai, kita tiup satu lilin. Saya akan menyalakan 4 lilin. Kamu juga
nyalakan lilinmu.
Mari kita mulai ceritanya. Cerita
ini bermula dari kejadian 4 tahun lalu, waktu saya menulis novel remaja dengan
salah satu tokoh yang sudah meninggal. Bisa dibilang tokoh itu hantu baik. Tapi
plis, jangan bayangkan Casper, karena hantu satu itu ganteng dan cool, eh.
Gara-gara menulis novel itu, saya ditawari menulis novel bertema festival
Halloween karena dikira suka hal-hal berbau horor.
Terus terang saja, saya ini
penakut dari kecil. Enggak ada bau-bau horornya sama sekali. Tapi karena suka
Halloween saya terima tantangan itu. Iya, iya, saya memang paradoks. Di satu
sisi penakut, di sisi lain penasaran. Buktinya, waktu kecil saya selalu nonton
film-film mendiang Suzana. Tapi saya pikir amanlah ya kalau bahas hantu-hantu
barat, yang penting enggak klenik Indonesia. Manalah saya berani nulisnya, baru
bayanginnya aja udah merinding sekujur tubuh.
Buat kebutuhan menulis novel
Halloween itulah saya riset tentang festivalnya, salah satunya dari film.
Berikut film yang saya pilih buat riset sekaligus penghayatan Halloween:
- Trick
Or Treat (2007)
Cerita
dalam film ini terbagi dalam beberapa bagian. Ada 4 cerita berbeda yang
disatukan oleh benang merah sama: terjadi pada Hari Halloween, dan kemunculan
satu sosok misterius berkepala Jack O’lantern. Film yang mengangkat urban
legend ini sudah meneror dari awal, sadis dan horor sekaligus. Terus terang,
film horor yang tokoh seramnya anak kecil selalu bikin saya ketakutan banget.
Soalnya sosok polos tapi dingin memberi tekanan psikologis lebih ketimbang yang
sudah digambarkan menyebalkan dari awal. Lalu jangan lewatkan twist-twist-nya
yang bisa berhasil membuatmu tercengang.
Memang
tidak banyak pengetahuan baru tentang Halloween di film ini. Tapi film ini
cukup menggambarkan suasana Halloween di barat sana yang enggak sekadar
tempelan. Kalau kamu kepengin merasakan suasana Halloween di rumah, film ini
akan mengantarkan atmosfernya ke rumahmu. Hiii...!
Nah,
sekarang, mari kita tiup satu lilin.
- Carrie
(2013)
Saya
memilih film ini karena tokoh di novel Halloween saya memiliki kekuatan
supranatural telekinetis. Sebagai referensi, saya kepengin tahu telekinesis ala
Stephen King. Ya, film ini merupakan adaptasi dari novel Stephen berjudul sama.
Carrie tahun 2013 merupakan adaptasi novel ke film yang ketiga. Jadinya banyak
penonton yang selalu membandingkan dengan dua versi sebelumnya.
Beruntung atau
tidak beruntung, karena saya belum menonton versi-versi sebelumnya, saya sangat
menikmati film ini. Apalagi pemainnya Cloe Moretz yang cantik itu. Banyak yang
bilang Carrie-nya kecakepan. Memang sih, di bab pertama novelnya Stephen
mendeskripsikan Carrie sebagai cewek berwajah biasa, tapi badannya molek.
Film
ini menceritakan tentang Carrie yang punya kekuatan telekinesis setelah
mendapat haid pertamanya. Dia sosok yang di-bully habis-habisan oleh
teman-temannya sejak kecil, ditambah lagi memiliki ibu super protektif karena
Carrie merupakan anak di luar nikah. Si Ibu memiliki trauma hebat sehingga
selalu menakan Carrie yang disebutnya sebagai kebaikan.
Carrie
merupakan film horor thriller bertempo cepat, banyak letupan di dalamnya.
Penonton tak dibiarkan bernapas. Batas antara terteror dan simpati ikut sedih
pada nasib Carrie terasa setipis kertas. Sampai akhir, ada beberapa pertanyaan
yang menganggu pikiran saya, namun tak terjawab oleh filmnya. Barulah
pertanyaan itu terpuaskan saat saya membaca, bukan novelnya, tapi buku tips
menulis Stephen King berjudul “On Writing”, di sana Stephen menceritakan proses
kreatif pembuatan novel Carrie. Kebutuhan saya akan referensi cukup terpuaskan.
Saya mendapatkan bayangan tentang kekuatan telekinesis.
By
the way, siapkan hati untuk menonton film ini. Karena mungkin hatimu akan
berdarah-darah. Hiii...!
*tiup
lilin kedua*
- Goosebump
(2015)
Sebagai
generasi yang tumbuh besar bersama kumpulan serial Goosebump karya R.L Stine,
saya merasa wajib menonton film Goosebump ini. Saya menantinya sejak pertama
kali pengumuman pembuatannya dirilis, kalau tidak salah dua tahun sebelum
tayang di bioskop. Dalam ingatan masa kecil saya, kebanyakan serial Goosebump tidak
menakutkan, tapi sangat seru untuk diikuti. Stine pintar sekali membawa
imajinasi saya melayang seakan benar-benar mengalami petualangan yang
ditulisnya. Maka dengan niat bernostalgia ke masa kecil, saya menonton film
ini.
Satu
hal paling menarik dari film Goosebump adalah adanya tokoh si pengarang
sendiri. Stine digambarkan pemarah dan aneh. Well, kalaupun memang karakter
sebenarnya begitu saya enggak merasa aneh sih. Kebanyakan penulis memang sulit
dimengerti :D Goosebump mengisahkan tentang teror yang terjadi karena
tokoh-tokoh monster dalam semua buku Stine keluar ke dunia nyata. Dapat
dibayangkan kengerian macam apa ketika si boneka Slappy benar-benar hidup
bergentayangan, atau Snowman dan Werewolf siap membantaimu kapan saja.
Meskipun
berbumbu komedi, Goosebump tidak kehilangan kengeriannya. Ceritanya memang
cukup sederhana, tapi memikat, benar-benar ala Goosebump lah. Kesan yang saya
dapat sampai setengah film adalah “seru”, baru kemudian tak terasa saya
ternyata ketakutan juga menontonnya, sampai-sampai terbawa mimpi.
Siap,
malam Halloweenmu diakhiri dengan mimpi buruk? Silakan nikmati kisah Goosebump.
Hiii...!
Mari
kita tiup lilin ketiga.
- Train
To Busan (2016)
Masih
dalam rangkaian penghayatan menulis novel Halloween yang baru kelar bulan ini alias
penulisannya butuh waktu tiga tahun lebih, saya memilih film Train To Busan
ini. Memang sih agak kecele karena berdasarkan banyak review yang bertebaran di
beranda Facebook saya, menyebutkan kalau film ini sedih ketimbang menakutkan.
Sebagai pecinta drama Korea yang hatinya lemah oleh godaan review, saya
terobsesi banget nonton film ini. Saya membayangkan awalnya seram, akhirnya
menangis-nangis sampai sesak. Well, dada saya ternyata beneran nyesek, gaes!
Tapi... bukan karena sedih atau terharu, tapi karena ketakutan sepanjang film
diputar.
Jadi
begini, Train To Busan mengisahkan tentang teror zombie di Korea sana. Para
penumpang kereta ke Busan ini terus melawan dan bertahan dari serangan para
zombie. Train To Busan memilih karakter zombie yang aktif, bukan tipe klasik
zombie berjalan pelan dengan tangan menggapai-gapai. Lebih ngerinya lagi,
perubahan dari manusia ke zombienya cepet banget, kadang enggak sampe semenit
kena gigitan udah jadi zombie lagi.
Bagian paling meneror jiwa saya adalah
pesan horor—di balik pesan baik seperti kekeluargaan—betapa mudahnya umat
manusia ini dilenyapkan. Senjata biologis efektif sekali mengenyahkan manusia
dari bumi ini, sepertinya. Yang paling saya takutkan adalah makin banyaknya
film zombie akan menginspirasi orang jahat untuk mewujudkan senjata pembunuh
itu. Akibat teror zombie yang haus dan lapar itu, selama dua hari
berturut-turut saya mimpi buruk.
Kalau
kamu ingin merasa terteror juga oleh bayangan kejaran zombie dan pikiran ada
yang ingin mewujudkannya dalam dunia nyata, silakan tonton Train To Busan.
Semoga kamu selamat dalam perjalanan. Hiii...!
Saya sudah meniup lilin
keempat...
Lilinmu masih menyala, itu berarti sekarang waktunya kamu bercerita. Giliranmu
yang terteror....
Film2 yg punya kekuatan cerita buat bikin bulu kuduk merinding, bkn hanya modal suara keras atau kemunculan tiba2 sang hantu. Gw siapkan lilin gw buat train of busan
ReplyDeleteTapi bisa jadi kalau Abang yang nonton sih, bakalan baper, eh. *kemplang epa*
DeleteMenurut saya sih tokoh dan visual karakter hantu nya tidak terlalu menakutkan,, tetap hantu indonesia yg ajib.. walopun dari segi cerita dan efx masih kalah jauh..
ReplyDeleteTrain to busan boleh lah,, baru nonton juga soalnya.. hahaha
Coba film munafik dari malay,, bikin merindingnya ketika cerita jin dan iblis nya disisipi logika dalil alquran dan hadits,, merinding nya double
Aku gak sanggup nonton film horor
ReplyDeleteKenapa ya film horor ending nya gak tamat ....
ReplyDeleteAku paling penasaran dengan Carrie... Kelihatannya paling menarik dan cocok dengan seleraku. Hihihi...
ReplyDeleteEva... ayo nonton horor bareeeeng
Aku emang lbh suka thriller drpd horror, jd kl Train to Busan tuh suka dehhh ... menegangkan gmn gitu filmnya :D
ReplyDeleteAku suka train to busan, kereen
ReplyDeleteSeruuu
ReplyDeleteGoosebumps...film yg keren. Tapi beda jauh sama bukunya hehehe. Jd seperti dua hal keren yg berbeda, gitu.
ReplyDeleteGoosebumps...film yg keren. Tapi beda jauh sama bukunya hehehe. Jd seperti dua hal keren yg berbeda, gitu.
ReplyDeleteUdah nonton ketiga film di atas kecuali yang nomor 1. Train To Busan menurutku kurang menakutkan ya. Karena alurnya dibuat seperti mengulur-ulur waktu yang malah bikin aku sebel menontonnya. Goosebumps dan Carrie yang menurutku alurnya masuk akal. :D
ReplyDeleteFilm yang pengin aku tonton banget yg train to busan, penasaran :D banyak yg bilang bagus sih filmnya. Nemu di sini juga reviewnya bagus, jadi makin penasaran :D
ReplyDelete