Saturday, October 29, 2016

THE DOLL

Directed by: Rocky Soraya
Starring by: Denny Sumargo, Sandy Aulia, Sara Wijayanto
Production: Hitmaker Studio


Tulisan Annisa Anabela di 4 FILM HOROR VERSI ANNISA ANABELA BUAT HALLOWEEN 2016 menyebut film tentang boneka berjudul The Doll yang akan muncul saat Halloween, dan gue nggak sabar buat menonton film itu. Oleh karenanya begitu XXI menayangkan gue langsung nonton, terutama karena karakter utamanya diperanin sama Denny Sumargo. Aktingnya di film horror semakin matang mulai dari Samudera Hotel, Mall Klender, dan Danau Hitam.

Diawali dengan kisah teror yang dialami tiga kakak-beradik sejak adik mereka kencing sembarangan di bawah pohon yang dihuni boneka iblis, mereka akhirnya mengundang ‘orang pintar’ yaitu Laras dan suaminya untuk mengakhiri gangguan yang mulai mencederai mereka. 

Cerita pindah beberapa tahun kemudian  pada pasangan Daniel dan Anya dimana Daniel mendapat kenaikan promosi dan mengajak Anya, istrinya untuk pindah ke Bandung karena berkat promosi itu dia memperoleh rumah baru dan mobil dinas.

Di proyeknya Daniel kemudian melakukan kecerobohan karena menyuruh menebang pohon angker yang menjadi tempat bernaung si boneka iblis padahal dia sudah diperingatkan oleh kedua mandornya. Ketika pulang ke rumah Daniel mendapati boneka itu ternyata berada di belakang mobilnya. Ketika hendak membuang boneka itu Anya mencegahnya, sebagai ahli pembuat boneka dia merasa boneka itu masih bagus dan bisa bersih lagi setelah dibereskan olehnya.

Sejak kehadiran boneka itu keanehan-keanehan mulai dirasakan Anya, seperti suara orang berlari, gelas pecah di dapur, pintu atau jendela yang membuka sendiri, dan kertas pesan berisi ajakan main petak umpet. Niken, tetangga Anya yang lama tinggal di Bandung melihat boneka itu lalu menyadari bahayanya boneka itu. Boneka bernama Ghawiah itu tadinya milik seorang anak kecil bernama Uci yang keluarganya tewas dibunuh oleh perampok dan wajah Uci juga bolong gara-gara tertembak.

Niken memperingatkan Anya untuk segera mengembalikan boneka itu ke pohonnya tapi Anya tidak mempedulikannya. Ketika Daniel pergi ke Jakarta untuk meeting, di suatu malam saat hujan deras Anya kedatangan tamu, gadis cilik misterius dengan mantel yang terus menutupi wajahnya. Dia mengundang gadis itu masuk untuk makan malam bersama karena dia sudah membuat sup. Saat gadis cilik itu makan dia menghubungi Niken untuk menanyakan soal gadis cilik yang kehujanan di depan rumahnya. Menurut Niken di perumahan mereka hanya anaknya yang berusia lima tahun, tidak ada yang lain, baru ketika Anya menyebut nama Uci sang tetangga panik.

Lampu seluruh rumah mendadak padam dan saat Anya hendak melihat Uci yang ke kamar mandi ternyata gadis kecil itu tak ada lagi disana. Dia mendengar bunyi ribut dari kamar tempat penyimpanan bonekanya dan saat itulah dia melihat sosok arwah penasaran Uci secara langsung untuk pertama kalinya. Beruntung ketika Anya sedang diserang hantu Uci, Niken datang menyelamatkannya.

Berdua mereka akhirnya membuang boneka Ghawiah ke pohonnya tapi alangkah kagetnya Niken karena pohon itu sudah ditebang. Dia lalu mengundang pak Wahid, seorang ustads untuk membantu mengubur boneka itu dan mendoakan agar arwah Uci tenang. Namun alangkah kagetnya Anya karena boneka itu kembali ke rumahnya dan bersembunyi di lemari gudang.

Cara boneka itu kembali ke rumah Anya menurut gue cukup asyik. Diawali dengan Anya yang memeriksa kembali kamar penyimpanan boneka yang telah kosong dari keberadaan di boneka iblis, dia kemudian memutuskan untuk mandi untuk mengusir kotor dan lumpur di tubuhnya setelah menggali lubang untuk mengubur boneka.

Di bagian Anya berendam di bathtub ada kejadian lucu, setelah hantaman bertubi-tubi dari adegan seram sebelumnya tiba-tiba seorang cowok menjerit di belakang gue – lumayan keras – pada adegan ketika Anya ada di dalam air…mungkin dia mengira Anya sedang diteror oleh serangan setan karena kemunculannya adegan itu memang cukup cepat…dan spontan itu bikin semua penonton di ruang bioskop ketawa cekakan.

Untungnya ketawa itu bisa pupus dengan serta merta begitu Anya dapat telepon dari Niken tentang anaknya yang hilang dan tahu-tahu mendengar bel yang biasa dibunyikan anak Niken untuk mengajak main petak-umpet. Ketegangan penonton bisa balik ke jalurnya ketika Anya mengikuti bunyi bel itu sampai ke gudang belakang dan Niken kembali menelepon bahwa anaknya sudah ditemukan ngumpet di kolong ranjang di rumahnya. Ketegangan meningkat  dengan halus saat Anya masuk dan mendapati boneka itu kembali di lemari gudang dan diserang kedua kalinya oleh hantu Uci. Daniel berhasil sampai ke gudang dan menyelamatkan Anya.

Merasa tidak mampu mengusir hantu Uci, pak Wahid merekomendasikan Niken untuk menghubungi bu Laras yang dulu pernah mengusir hantu Uci dan bonekanya. Sangat mirip dengan yang dilakukan keluarga Perron saat mengundang Lorraine Warner untuk mengusir hantu di rumah mereka di Conjuring, bukan? 

Hanya saja tokoh pengusir hantu disini kehilangan suaminya yang meninggal akibat ceroboh melakukan pengusiran arwah Uci beberapa tahun silam. Selain itu, ide bagaimana Laras kemudian harus kembali ke rumahnya karena takut hantu Uci menyerang rumahnya sangat mirip dengan yang ada di film tersebut.

Kebencian Uci pada Niken yang menghubungkan Daniel dan Anya kepada Laras yang dulu berhasil mengusirnya membuat dia lantas menjadikan tetangga Anya itu sebagai korban pertamanya. Dan dari Laras mereka tahu bahwa Uci sedang mengincar Anya untuk merasukinya dalam usaha membunuh Daniel.

Akhir dari cerita ini ternyata arwah hantu Uci memendam kebencian bukan karena Daniel menghancurkan pohon yang menjadi tempat tinggalnya, melainkan sesuatu yang lain yang berkaitan dengan masa lalu gelap Daniel dan apa yang dilakukannya pada keluarga Uci. Apakah Daniel dapat meloloskan diri dari serangan mengerikan yang melibatkan banyak darah dan tangan putus? Silakan dudukkan pantat anda di kursi bioskop untuk mengetahuinya…

Tagline The Doll mengatakan ini adalah Annabelle versi Indonesia, dan tidak heran kenapa media menyebutnya begitu karena jalan ceritanya memang mirip Annabelle dengan adanya penambahan, modifikasi, dan twisting yang tetap saja akan membuat orang membandingkan film itu dengan Annabelle. Dan mungkin gue juga tergoda untuk membandingkannya secara sekilas, karena ada beberapa kelemahan di film ini.

Gue masih belum tahu apa kekuatan istimewa dari Laras. Kita tahu bahwa Lorraine Warner seorang indigo yang bisa melihat dunia lain dan dengan itulah dia bisa melawan makluk-makluk dari dunia lain. Dan kalau Laras tidak bisa memperlihatkan kekuatannya selain bahwa dia tahu ritual pengusiran arwah, kenapa dia harus berada setingkat diatas pak Wahid, yang seorang Ustadz dalam mengusir arwah Uci…sementara kita lihat di bagian akhirnya Laras toh menyebutkan ayat-ayat kursi dalam mengusir roh jahat.

Bagian lain setelah Niken tewas terbunuh…sadis memang melihat apa yang dilakukan hantu penasaran itu pada Niken dan gue mengacungi jempol pada cara kru produksi memperlihatkan kematiannya yang sadis secara artistik. Sayangnya, setelah itu penulis ceritanya lupa untuk ‘memperhatikan’ anak Niken karena setelah kematian Niken, sang anak sepertinya juga hilang begitu saja padahal sebelumnya kita tahu Anya cukup dekat dengan anak itu. Kalau dia bisa begitu baik hati mempersilakan anak asing tak dikenal untuk masuk dan makan tentunya dia juga akan memperhatikan anak Niken, bukan? Apalagi kematian wanita itu terjadi tepat di depan matanya.

Dan lagi-lagi film Indonesia selalu terjebak dalam kontinity yang tidak konsisten karena setelah Anya yang kerasukan menusuk tubuh Daniel beberapa kali dengan gunting ternyata bekas lubang atau tancapan itu tidak terlihat di tubuh Daniel, begitu pula dengan bajunya yang masih utuh. Yang menunjukkan bahwa Daniel ditusuk hanya bajunya yang berdarah-darah yang menurut gue masih tetap tidak wajar.

Meskipun begitu The Doll sudah berusaha memperlihatkan jalinan cerita yang apik dan rapih. Bagian endingnya juga sudah berusaha keluar dari versi Annabelle dan Conjuring yang menjadi inspirasinya dan memiliki akhir cerita sendiri yang logis dan tidak terlalu jelek buat jadi motif kenapa boneka itu menyerang Daniel dengan membabi-buta. The Doll seimbang antara ketegangan, drama, romantik, dan kesedihan, serta sarat masukan…

Kalau yang sudah meninggalkan dunia ini saja punya alasan untuk tetap berada disini, maka kita yang masih berada disini harus menemukan alasan untuk tidak meninggalkannya….  

No comments:

Post a Comment