Monday, August 29, 2016

BERBAGAI JENIS RACUN SEBAGAI REFERENSI NOVEL KAMU (3)

Melanjutkan referensi Berbagai Jenis Racun Sebagai Referensi Novel Kamu (2), berikut ini adalah daftar racun yang berbahaya :

5. TETRODOTOXIN

Dikenal juga dengan nama Tetrodox dan umum disebut TTX. Berasal dari Tentraodontiformes, dari binatang semacam ikan puffer (ikan buntal), porcupinefish, mola-mola luat, dan triggerfish serta beberapa spesies lain yang membawa racun. Dua makluk laut yang mendominasi produksi zat ini adalah gurita cincin biru dan ikan puffer (ikan buntal).
 
Puffer Fish atau Ikan Buntal

Gurita adalah yang paling berbahaya, saat menyuntikkan racunnya hewan ini mampu membunuh 26 orang pria dewasa dalam beberapa menit. Gigitannya sendiri tidak menyakitkan sehingga korbannya baru menyadari bahwa diri mereka digigit ketika mengalami kelumpuhan. Sementara ikan puffer hanya berbahaya bila anda ingin memakannya, namun bila diolah dengan baik maka racun itu akan keluar dengan sendirinya dan satu-satunya yang tersisa yang dapat membunuh anda adalah adrenalin. 

TTX sudah dikenal lama oleh bangsa timur terutama di Asia Tenggara dan India. Namun kasus pertama yang melibatkan budaya barat adalah keracunan yang dialami awak Kapten James Cook pada 7 September 1774. Pada tanggal itu kokinya mencatat bahwa dia memasak sejumlah ikan tropis dan memberikannya sebagai makanan para kru sementara sisa-sisanya yang tertinggal dia buang ke kandang babi. 

Malamnya para awak mengalami mati rasa dan sesak nafas sementara babi-babi ditemukan tewas keesokan harinya. Untungnya kru kapal selamat sebab mereka hanya terkena dosis ringan Tetrodotoxin sementara babi-babi memakan bagian tubuh ikan buntal yang mengandung sebagian besar toksin. Bagian yang paling beracun adalah hati dan telur ikan tersebut. 

Toksin ini pertama kali diisolasi dan diberi nama pada tahun 1909 oleh ilmuwan Jepang, Dr. Yoshizumi Tahara, yang kemudian dipelajari dan dikembangkan oleh militer Jepang sebagai senjata biologis dengan melakukan eksperimen kepada subyek manusia pada tahun 1930.


TTX sangat beracun, sebagai perbandingan dengan racun tikus lainnya, dosis mematikan (LD50) kalium sianida untuk tikus adalah 8,5 mg/kg sementara TTX hanya butuh dosis 334 μg/kg, jadi lebih berbahaya daripada sianida. 

Akan lebih berbahaya bila disuntikkan karena jumlah yang dibutuhkan untuk membunuh tikus hanya 8 μg/kg. Racun dapat memasuki tubuh korban dengan cara dikonsumsi, injeksi, inhalasi, atau kulit yang terkelupas.

Cara kerja TTX adalah dengan menghambat penembakan potensial aksi saraf dengan mengikat saluran sodium tegangan pada membrane sel syaraf dan memblokir bagian dari ion natrium dalam sel saraf, akibatnya korban mengalami sakit kepala, kelesuan, tremor, kelumpuhan, mual, muntah, diare. Dalam dosis yang mematikan terjadi gagal pernafasan sebelum akhirnya koma.

6. STRYCHNINE

Merupakan alkaloid yang berasal dari tumbuhan Strychnos nux-vomica yang merupakan sepupu jahat dari zat memabukan macam kafein, nikotin, kokain, dan theobromine. Alkaloid kaya akan nitrogen, bahan dasar dari tanaman yang terpompa ke diri mereka sendiri dan tidak untuk dimakan. 

Namun manusia kemudian tergila-gila dengan zat tersebut dan membudidayakannya sebagai tanaman untuk dikonsumsi sehingga memberikan sebuah kompensasi evolusi.

Tanaman ini mendapat nama ilmiah “Strychnos" berkat buah pikiran ilmuwan bernama Carl Linnaeus, yang diklasifikasikan kembali pada tahun 1753. Namun sesungguhnya jauh sebelum itu orang India sudah lebih dulu mengenal tanaman strychnos dan bermigrasi ke Eropa saat terjadi penjelajahan dunia oleh orang Inggris dimana pada waktu itu tanaman tersebut digunakan untuk membunuh tikus-tikus yang banyak berkeliaran di dalam kapal. Sementara zat Strychnine pertama kali ditemukan oleh kimiawan Perancis Joseph Bienaimé Caventou dan Pierre-Joseph Pelletier pada tahun 1818 dalam kacang Saint-Ignatius

Di akhir abad 19 Strychnine populer sebagai peningkat atletik kinerja dan stimulan rekreasi karena efek meingkatkan performa tubuh yang mirip dengan kopi. Bahkan efek itu dijelaskan dengan baik sekali dalam karakter novel H.G Wells berjudul Invisible Man. Walau begitu ada beberapa kasus dimana Strychnine pernah membunuh orang tanpa sengaja, yakni pada tahun 1892, saat penulis bernama Henry Randolph membeli Strychnine untuk meracuni kucing. 

Randolph menaruhnya di dalam laci di meja samping tempat tidurnya. Suatu malam Randolph terbangun dan memutuskan untuk mengambil dosis kina, alkaloid pahit lain yang dijual dalam bentuk bubuk. Meraba-raba dalam gelap, dia bercampur tonik dan membawanya. Ia meninggal tiga setengah jam kemudian. Kesamaan antara kina dan strychnine tidak luput dari perhatian.

Keracunan bisa terjadi bila zat tersebut masuk ke tubuh lewat injeksi, inhalasi, atau tertelan. Saat masuk ke tubuh Strychnine memiliki rasa yang amat pahit, menyerupai sesuatu rasa yang mirip rasa logam. Berbentuk kristal transparan atau bubuk Kristal berwarna putih, Strychnine tidak punya warna khusus atau biasanya tak berwarna dan juga tidak memiliki bau khas. 

Cara kerja racun ini adalah dengan menyerang sistem saraf pusat yang menyebabkan reaksi reflex yang berlebihan pada korbannya. Gejala pertama yang muncul secara umum adalah kejang otot, selama kejang ini terjadi dilatasi abnormal, penonjolan mata, gerakan mata yang terus menerus tanpa disengaja, denyut jantung menjadi cepat, spasme otot-otot wajah, kejang dramatis pada otot punggung sehingga menyebabkan tubuh melengkung dari bagian belakang dan leher, selebihnya bisa juga mual dan muntah.

Keracunan Strychnine
 Jika dosis yang digunakan tepat yakni 15 mg/kg berat badan untuk anak kecil dan 30-60 mg/kg berat badan untuk orang dewasa, maka korban yang terkontimansi racun jenis ini dapat meninggal hanya dalam waktu sepuluh hingga dua puluh menit saja. Penyebab langsung kematian pada keracunan strychnine bisa serangan jantung, gagal pernafasan, kegagalan beberapa organ secara sekaligus juga kegagalan kerja otak.

No comments:

Post a Comment