Friday, March 15, 2013

BELENGGU

FALCON PICTURES
Directed by: HB Naveen
Sutradara : Upi Avianto  
Starring by: Abimana Aryasatya, Laudia Cynthia Bella, Imelda Therinne, Verdi Solaeman, Bella Esperance

Beberapa pembaca Freaknco meminta saya buat menulis resensi dalam bahasa Indonesia karena tidak rela bayangan imajinasi di dalam pikiran para pembaca saya terdistorsi oleh tugas menerjemahkan bahasa asing ke bahasa ibu…itu saya pahami sebab saya pun kadang juga sulit mengartikan tulisan saya sendiri di blog ini. Jadi kali ini saya akan membuat opini film ini dalam bahasa Indonesia...  

Sama sekali tidak ada kegairahan atau pun harapan yang menggebu saat saya menonton film ini, selain menyenangkan orang yang telah membelikan saya tiket Belenggu di XXI. 


Rasa yang biasa saja melihat adegan awal dimana Elang yang menghambur dari hutan dan ditemukan wanita misterius bermobil yang kemudian berubah menjadi sebuah ketakutan karena melihat dua mayat gadis di kanan-kirinya di bangku belakang bersama dengan sosok kelinci di samping wanita yang menyupir menjadi sebuah awal yang tertebak bahwa itu hanya mimpi Elang.

Ada tiga kisah dalam cerita ini yang saling berkait dan adegan tersebut mengawali kisah pertama dari tokohnya yang bernama Elang. Berbagai adegan yang bergerak maju untuk mempertemukan Elang dengan wanita misterius bernama Jingga dalam mimpinya terasa klise dan terlalu mudah. 

Perseteruan Jingga dengan salah satu tamu bar dimana Elang bekerja, yang akhirnya membuat Elang bisa membawa gadis itu ke apartemennya menjadi satu titik yang membuka misteri.

Rentetan ketegangan yang dimulai dari keanehan yang dialami Elang karena selalu melihat kekerasan yang dialami tetangganya, Djenar dan si kecil Senja, oleh sosok pembunuh berkostum kelinci. Keanehan itu memicu kecurigaan bahwa suami Djenar, Guntur, merupakan pembunuh yang sedang berkeliaran di kota dimana mereka tinggal. 

Ketegangan ini kelihatannya tidak berhubungan dengan beberapa penglihatan anehnya pada Jingga, seperti penglihatan Jingga tergantung di lantai atas apartemen, sampai kemudian Elang memutuskan untuk membunuh tiga orang pemerkosa Jingga karena dia tidak ingin kehilangan gadis itu.

Dalam cerita pertama ini, Upi sebagai penulis skenarionya mengulik habis tingkah laku seorang psikopat yang diperankan Abimana Aryasatya sebagai Elang, mulai dari sikap mereka yang introvert, melihat berbagai bayangan aneh, sulit membedakan mana kenyataan dan realita, dan menarik diri dari relasi sosial. 

Upi menjahit kisah ini dengan baik sekali, meski ada beberapa hal yang kadang diindahkan seperti beberapa kali Elang menerobos masuk dengan mudahnya ke apartemen tetangganya untuk melihat keadaan Djenar dan Senja, seakan-akan apartemen itu miliknya sendiri. 

Padahal di kisah kedua, ketika kedua polisi sedang menginvestigasi apartemen Elang, penjaga apartemen mengatakan flat di sebelah apartemen Elang itu kosong dalam waktu yang lama. Sepengetahuan saya apartemen kosong tidak pernah dibiarkan dalam keadaan tidak terkunci oleh pengelolanya dan memang itu yang dilakukan si penjaga apartemen ketika mempersilakan kedua polisi masuk ke dalam, membuka kuncinya.

Cerita pertama tentang dunia Elang mengabur setelah bergesekan dengan cerita kedua yang diawali dengan ditangkapnya Elang oleh polisi bernama Yosef dan rekannya. Investigasi Yosef tadinya bermaksud untuk meruntuhkan diagnosa psikiater yang mengatakan bahwa Elang membunuh dalam keadaan gila sehingga dia bisa bebas dari hukuman penjara dan hanya akan dijatuhi hukuman terapi, namun kedua polisi itu mendapati kenyataan dimana Elang mengetahui tentang peristiwa pemerkosaan gadis bernama Jingga dua tahun lalu dari seorang ibu bernama bu Kebaya.

Bu kebaya bercerita bahwa Jingga memiliki dendam pada tiga pemuda yang memerkosanya, dan ketiga pemuda itulah yang dibunuh Elang. Anehnya, peristiwa pemerkosaan terjadi jauh sebelum Elang masuk ke rumah sakit jiwa. Dari penjaga apartemen dan pemilik café, dan pemilik bar tempat Elang bekerja Yosef mendapat informasi bahwa Elang hidup seorang diri…asyik dengan dirinya sendiri…dan tidak ada wanita bernama Jingga yang tinggal bersama Elang. 

Bersikeras bahwa Jingga ada, Elang dikonfrontasi oleh Yosef yang akhirnya mengetahui latar belakang Elang bahwa pemuda itu berbohong tentang sosok Jingga dan bahwa sosok pembunuh berkostum kelinci itu adalah Elang sendiri yang telah membunuh istrinya yang bernama Djenar dan anaknya, Senja, karena berniat meninggalkan dirinya.                                                                                                      
Cerita kedua menjabarkan bahwa apa yang terjadi di cerita pertama, yang merupakan dunia ilusi Elang, merupakan transisi dengan beberapa titik lemah seperti misalnya apartemen kosong yang seharusnya terkunci seperti sudah saya tulis diatas dan juga pembeberan cerita bu Kebaya yang akan saya bahas berikutnya...

Karena gagal mendapat bukti bahwa Elang melakukan pembunuhan dengan sengaja, Yosef kemudian mengawal Elang yang dikirim ke rumah sakit perawatan, tempat dimana Elang dirawat sebelum dia melarikan diri. Rupanya dari tempat itulah semua sumber cerita berasal. 

Nama Jingga adalah nama pavilion dimana Elang dirawat dan wanita bernama Jingga itu sebenarnya bernama Laras, suster perawat yang menjagainya, yang rupanya mantan WTS yang diperkosa tiga lelaki dan diselamatkan oleh ibu Kebaya.

Akhirnya rekan Yosef tahu Laras yang gantung diri belum mati. Dia selamat dan dibawa ke rumah sakit. Disana ibu kebaya yang mengurus gadis itu bahkan hingga membawanya pulang ke rumah. Sayangnya sebelum memberitahu informasi tersebut sang polisi meninggal ditabrak mobil…kematian yang khas Indonesia. 

Disinilah hubungan ceritanya mulai membuka teka-teki yang bikin kita mengangguk. Tapi sebenarnya saya juga sedikit mengritik karena bila memang bu Kebaya dalang di balik semuanya seharusnya Upi menulis agar kedua polisi yang menginvestigasi tidak terlalu mudah mendapatkan cerita tentang bunuh dirinya Laras.

Cerita ketiga diakhiri dengan membuka misteri satu persatu, dimana Elang memang membunuh ketiga orang pemerkosa Laras atas pengaruh hipnotis bu Kebaya. Dalam bayangannya, Elang juga mengingat kembali pembunuhan yang dia lakukan pada keluarganya bahkan pada penjaga rumah sakit jiwa sebelum dia melarikan diri untuk pertama kalinya. 

Aksi Laras dan bu Kebaya yang membawa Elang tentunya sebagai usaha untuk membuat film ini menjadi sekuel supaya penonton bertanya-tanya siapa lagi yang akan diincar. Dan di akhir cerita ini saya mengatakan pada diri saya bahwa film ini keren sekali…

Ketegangan pembunuhan sadis  yang menghantam berulang-ulang di awal adegan begitu manis dipadukan dengan kepingan misteri yang terjaga sampai akhir sehingga rasanya sepakat bila saya mengatakan Belenggu tidak akan membuat malu Indonesia saat mengikuti kompetisi Puchon International Fantastic Film Festival (PIFAN) ke 16 pada 19-29 Juli 2012.

3 comments:

  1. Ulasannya sangat spoiler sekali, Bang :)
    Well, saya suka review-nya ^^
    Makasih akhirnya ada review pake bahasa Indonesia *mengingat bahas Inggris saya bukan cuman kedodoran, tapi compang-camping*

    ReplyDelete
  2. Hahaha..thank you...mari belajar bhs inggris

    ReplyDelete
  3. Bang, saya punya pendapat sndiri tentang Elang yg masuk ke apartemennya Jenar. Klo mnurut saya Elang sbnarnya gak pernah masuk kesana, itu cuma bayangan dia aja. Jadi apartemen itu memang terkunci dr luar.

    ReplyDelete