Directed by: Gobind Punjabi
Sutradara : George Hutabarat
Starring by: Mongol, Gian Subianto, Khadijah Syalimar,
Vitalia Shesya, Nadia Zuhra, Cariesta Maya, Albern
Alasan saya menonton film ini
karena Mongol merupakan Comic favorit saya sewaktu dia masih di SUCI (Stand Up Comedy Indonesia) dan film ini
merupakan film horror pertama buat dia. Ingin tahu bagaimana perannya dari
comedian ke sebuah film horror yang nampaknya merupakan film horror serius,
bila dilihat dari penampilan covernya.
Dan memang film ini film
horror serius sementara kehadiran Mongol disitu sekedar untuk memperiang
suasana, malah sebenarnya menurut saya banyak dipaksakan sehingga kehadiran
Mongol sebagai makluk transgender yang berprofesi sebagai perias make-up disitu
sayangnya tidak banyak menolong sebagai bagian dari film horror.
Berkisah tentang sepasang
kekasih, Evan dan Gesti, yang pergi ke suatu pulau untuk melakukan foto
pre-wedding bersama sahabat mereka Roman (fotografer), Remi (penata rias), Vidi
(sepupu Gesti), dan Tilda (sahabat mereka semua). Keberangkatan ke pulau itu
menjadi momen sendiri untuk menampilkan pose-pose seksi tiga artis bertubuh
bagus itu di atas yacht namun bukan itu yang saya tunggu…
Kemunculan hantu perempuan
pembawa clurit banyak diumbar di seperempat bagian awal, mulai dari mimpi Evan,
mimpi Vidi, lalu ketika Evan dan Gesti mengambil foto di berbagai lokasi yang
ternyata diikuti dengan kemunculan hantu wanita itu di setiap pose. Sesuatu
yang menurut saya diluar pakem karena hantu di film ini keluar siang hari. Tapi
rasanya terlalu banyak sex talk di
film ini. Saya bukan orang yang menghindari sex talk dalam cerita tapi rasanya
saya mendengar terlalu banyak dan rasanya hampir membuat perut saya melilit
karena bertanya-tanya apakah tidak ada topik lain yang bisa dibahas anak-anak
muda keren ini selain sex? It sucks and
boring…
Beberapa aktivitas juga tidak
pas, misalnya seperti adegan memisahkan diri dalam kelompok untuk mencari teman
yang hilang. Itu terjadi dua kali, pertama saat terpisah dengan Roman di sebuah
taman mereka mengatakan akan membagi dua kelompok untuk mencari Roman, Vidi dan
Evan di satu kelompok sementara Remi, Tilda, dan Gesti di kelompok lain. Vidi
dan Evan mencari tapi kelompok yang lain malah duduk-duduk di taman dan
bergosip soal Evan dan Vidi, sekedar menjelaskan ke penonton bahwa Evan dan
Vidi pernah punya hubungan. Yang kedua, di malam hari saat mencari Roman yang
kedua kali karena dia belum kembali ke bungalow. Kali ini yang mencari Evan dan
Tilda, sementara Vidi, Remi, dan Gesti di kelompok lain…yang lagi-lagi hanya
kelompok Evan dan Tilda yang mencari tahu namun kelompok yang lain malah
tinggal di bungalow, tidak ikut mencari, dan hanya bergosip soal Evan dan Tilda
bahwa keduanya suka berhubungan seks. What
a waste…
Aktivitas yang tidak pas
lainnya bisa dilihat saat Vidi dan Remi istirahat di speedboat setelah
lari-lari ketakutan meninggalkan Tilda, bermaksud pergi dari pulau dan ternyata
malah bertemu dengan sosok hantu wanita berclurit. Mereka yang seharusnya
ketakutan setelah kabur dari tempat itu kemudian di adegan berikutnya malah
memunculkan adegan berenang di pantai dan keduanya nampak tertawa-tawa senang.
Sungguh jeda yang sangat panjang menurut saya…atau justru mereka bisa mengubah
ketakutan dengan hebatnya dalam hitungan detik?
Beberapa kebocoran di gambar juga
terlihat. Terlihat ada orang lewat ketika adegan Roman menguntit Jessica yang
akan mandi di laut padahal digambarkan dalam cerita bahwa mereka hanya
sendirian di pulau tersebut. Lalu saat adegan dimana Gesti masuk ke kamar,
menangis karena cemburu melihat Tilda dan Evan (yang baru pulang setelah
melakukan pencarian) ternyata bergandengan tangan. Saat adegan itu kamera
melakukan panning pada Gesti, ingin
menggambarkan bahwa ada hantu masuk ke dalam kamar itu dan ternyata memang
dugaan saya tepat karena detik berikutnya Gesti berteriak-teriak ketakutan,
namun anehnya saya melihat bayangan si cameraman
muncul di dinding….
Kalimat yang tidak pas juga
muncul, masih berlanjut di adegan saat Gesti yang ketakutan keluar dari kamar
dan menghambur ke pelukan Evan. Bukannya histeris pada hantu, Gesti malah
memberi kalimat yang menurut saya absurd, “Kamu nggak ngapa-ngapain kan sama
Tilda?” Man, dia baru ketakutan melihat
hantu dan yang terlintas di pikirannya apakah calon suaminya ngapa-ngapain sama
sahabatnya? Kalimat yang parah ini membuat saya maklum saja mendengar
beberapa pemainnya salah menyebut nama, dua kali nama Roman salah sebut menjadi
Ramon….pertama kali oleh Albern, pemerannya sendiri saat dia menantang si hantu
di pantai, yang kedua oleh Evan di adegan akhir saat meninggalkan pulau dengan
speed boat.
Saya mengacungkan jempol pada
pembuat efek yang bisa membuat jari Evan dan Gesti benar-benar ‘hilang’ setelah
di potong Jessica. Evan di jari kelingking dan jari manis tangan kanan,
sementara Gesti ibu jari tangan kiri. Tapi sayangnya kontinity yang bagus itu
sedikit ternoda oleh telinga Evan yang masih utuh padahal Jessica jelas-jelas
memotongnya sebelum melakukan adegan potong jari sementara darah sudah membanjiri
kerah leher Evan di bagian sebelah kanan.
Dan pada akhirnya, rasanya
saya sudah terlalu banyak mengkritik film ini, saya bingung kenapa tokoh
Jessica harus dimunculkan dalam cerita? Memang tujuan karakter ini mungkin membalaskan
dendam kakaknya yang tewas dibunuh saat pre-wedding di pulau dan menjadi hantu
gentayangan supaya tiap calon pengantin yang mengambil foto pre-wedding di
tempat tersebut mengalami nasib naas yang sama, tapi kenapa tidak
menyerahkannya kepada si hantu itu sendiri? Kenapa harus ada Jessica yang
membunuhi Evan cs satu persatu?
Tadinya saya berpikir hantu
itu muncul hanya sebagai penampakan saja sementara tokoh antagonis yang
berperan sebagai pembunuh brutal adalah Jessica, tapi ternyata apa yang saya
pikirkan tidak sejalan dengan ceritanya karena ternyata hantu itu membunuh
juga…dia membunuh Vidi saat berenang di kolam renang bersama Remi…tapi mirisnya
hanya satu korban saja…sementara yang lainnya dibereskan oleh Jessica sehingga
kesan brutal dari si hantu berkurang…hanya mampu membunuh satu korban saja…
No comments:
Post a Comment